Tuesday, September 3, 2024

Ku Tunggu Penyesalan Govinda

Govinda adalah pria karismatik dengan senyuman yang mampu membuat siapapun terpikat. Di kampus, ia dikenal sebagai "playboy," sering mengubah hati para perempuan dengan kata-kata manisnya. Suatu malam, di sebuah pesta, ia bertemu dengan Maya, seorang mahasiswi baru yang cerdas dan mandiri.

"Hey, Maya! Boleh aku kenalan?" Govinda menghampiri dengan percaya diri.

Maya tersenyum, tetapi tetap waspada. "Tentu. Tapi aku bukan perempuan yang mudah terpikat."

Govinda tertawa. "Tantangan yang menarik!"

Maya tidak mudah terpengaruh, dan hal itu justru membuat Govinda semakin tertarik. Mereka mulai menghabiskan waktu bersama, dan Govinda menggunakan pesonanya untuk mendapatkan perhatian Maya.

"Govinda, kamu tahu tidak, banyak yang bilang kamu tidak serius dengan hubunganmu?" tanya Maya suatu malam.

"Ah, itu hanya anggapan. Aku hanya ingin bersenang-senang. Tapi denganmu, rasanya berbeda," jawab Govinda, berusaha meyakinkan.

Namun, di balik senyumnya, Govinda tetap menjalin hubungan dengan beberapa perempuan lain.

Seiring waktu, hubungan Govinda dan Maya semakin dalam. Namun, kehadiran Rani, mantan kekasih Govinda yang tidak pernah move on, mulai menimbulkan masalah.

"Govinda, kita harus bicara. Aku masih mencintaimu," Rani mendatangi Govinda dengan penuh emosi.

Govinda terjebak antara dua cinta. "Rani, aku sudah move on. Tapi kita bisa tetap berteman."

Maya menyaksikan dari kejauhan, hatinya hancur. Ia tahu bahwa Govinda masih terikat dengan masa lalu.

Maya memutuskan untuk menghadapi Govinda. "Aku tahu tentang Rani. Apakah kamu masih menyukainya?"

Govinda terdiam sejenak. "Maya, aku tidak ingin menyakitimu. Rani hanya masa lalu."

"Tapi kamu masih memainkanku, Govinda. Aku tidak mau jadi yang kedua," jawab Maya dengan tegas.

Govinda merasa terpojok. "Maya, aku... aku hanya ingin kamu bahagia."

Maya akhirnya memutuskan untuk menjauh dari Govinda. Ia merasa cukup dengan permainan hati yang terus berlanjut. Govinda mencoba untuk menghubunginya, tetapi Maya sudah tidak mau lagi mendengar.

"Govinda, aku butuh waktu untuk diriku sendiri," kata Maya saat mereka bertemu di kafe.

"Jangan pergi, Maya. Aku akan berubah," Govinda bersungguh-sungguh.

Namun, Maya menjawab, "Kata-kata tidak cukup. Aku butuh tindakan."

Beberapa bulan kemudian, Govinda terlibat dalam skandal yang melibatkan mantannya, Rani. Ia dituduh melakukan penipuan dengan menggunakan hubungan palsu untuk keuntungan pribadi. Kasus ini menarik perhatian media dan membuatnya terjebak di meja hijau.

"Govinda, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rani saat mereka bertemu di pengadilan.

"Ini bukan hanya tentang kita. Ini tentang reputasiku," jawab Govinda, merasa tertekan.

Maya menyaksikan dari jauh, hatinya campur aduk. Ia ingin membantu, tetapi merasa bingung dengan keputusan Govinda di masa lalu.

Selama persidangan, Govinda menyadari bahwa semua permainan yang ia lakukan telah menghancurkan banyak hati. Ia harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang ia buat.

"Aku tidak ingin hidup dalam kebohongan lagi. Aku siap menerima konsekuensi," ucap Govinda di hadapan hakim.

Maya merasa terharu mendengar perubahan sikap Govinda. Ia mulai melihat sisi lain dari pria yang dulu ia cintai.

Setelah proses hukum selesai, Govinda berusaha untuk memperbaiki diri. Ia mencari Maya dan meminta maaf.

"Maya, aku tahu aku telah mengecewakanmu. Tapi aku ingin berubah," ucap Govinda dengan penuh penyesalan.

Maya memandangnya dengan serius. "Perubahan itu harus nyata, Govinda. Bukan hanya kata-kata."

Govinda mengangguk. "Aku siap. Beri aku kesempatan untuk membuktikannya."

Setelah mendengar penyesalan Govinda, Maya merasakan campuran emosi yang kuat. Ia terdiam sejenak, memikirkan semua kenangan indah dan pahit yang pernah mereka jalani.

"Mungkin ini yang aku tunggu-tunggu," pikirnya. Namun, rasa sakit dari pengalamannya tidak bisa diabaikan begitu saja.

"Mendengar kamu menyesal, itu berarti banyak, Govinda," ucap Maya dengan suara yang tenang, meskipun hatinya bergetar. "Tapi, kamu harus tahu, kata-kata saja tidak cukup."

Govinda menatapnya dengan penuh harapan. "Aku mengerti. Aku siap untuk membuktikan bahwa aku bisa berubah."

Maya menggigit bibirnya, berjuang melawan rasa emosinya. "Aku ingin percaya padamu, tapi aku juga harus melindungi diriku. Kamu sudah melukai banyak orang, termasuk aku."

Ia menunduk, mengingat semua saat-saat ketika ia merasa dikhianati. "Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Ini bukan hanya tentang kamu dan aku, tetapi juga tentang kepercayaan yang sudah hilang."

Govinda mengangguk, menyadari betapa sulitnya bagi Maya untuk membuka hati lagi. "Aku akan menunggu, Maya. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan kepercayaanmu kembali."

Maya menatapnya, merasakan ketulusan dalam matanya. "Baiklah. Tapi ingat, tindakanmu harus konsisten. Aku tidak ingin terjebak dalam permainan hati lagi."

Dengan perasaan campur aduk, Maya beranjak pergi, meninggalkan Govinda dengan harapan baru, tetapi juga dengan kesadaran bahwa perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....