Saat kami berlatih, aku merasakan ketegangan di udara. Setiap kali aku berinteraksi dengannya di atas panggung, rasanya seperti ada bara api yang menyala di dalam diriku. Namun, aku tahu, aku harus bersikap profesional.
Aku: "Kamu benar-benar luar biasa di atas panggung. Aku merasa terhanyut setiap kali beradu akting denganmu."
Dia: (tersenyum) "Terima kasih. Tapi ingat, ini hanya peran. Kita harus tetap fokus pada karakter kita."
Aku: "Iya, aku tahu. Tapi, bagaimana jika perasaan ini semakin sulit untuk ditahan?"
Dia menatapku, seolah mengerti lebih dari yang kukatakan.
Di tengah persiapan, muncul aktor baru, Arman, yang juga memiliki ketertarikan pada dia. Arman adalah seseorang yang karismatik dan sangat ambisius, sering kali mencuri perhatian di setiap kesempatan. Hubunganku dengan dia mulai terancam.
Percakapan di ruang latihan:
Arman: "Kamu tahu, aku melihat chemistry antara kalian berdua. Tapi, aku rasa, aku bisa memberikan penampilan yang lebih baik."
Aku: (merasa terprovokasi) "Ini bukan soal siapa yang lebih baik. Ini tentang perasaan yang tulus."
Arman: "Perasaan? Atau hanya permainan akting? Kita lihat saja nanti."
Saat malam pertunjukan tiba, semua orang bersemangat. Namun, di dalam hatiku, ada kegelisahan yang tak kunjung reda. Di atas panggung, kami beradu emosi, menghidupkan cerita yang penuh konflik dan cinta.
Aku: (dengan nada penuh tekanan) "Kau tahu, aku berjuang untuk melupakan semuanya... termasuk dirimu."
Dia: (dengan air mata di sudut matanya) "Tapi bagaimana mungkin kau melupakan sesuatu yang selalu ada di hatimu?"
Di tengah suasana ini, Arman mendekati kami, menciptakan ketegangan.
Arman: "Kalian berdua, apakah kalian hanya akan berlarut-larut dalam drama ini? Aku tidak takut untuk mengambil langkah."
Di belakang panggung, kami berdua terdiam. Suara tepuk tangan penonton masih bergema, namun kami terjebak dalam dunia kami sendiri.
Aku: "Aku tidak bisa berpura-pura lagi. Hatiku tak mau berbohong. Aku mencintaimu."
Dia: (terdiam sejenak) "Aku juga merasakannya. Tapi Arman... dia tidak akan berhenti."
Aku: "Kita harus berani menghadapi ini. Cinta kita lebih penting dari semua ambisi."
Dia menghela napas, lalu mengangguk. Kami berdua tahu bahwa ini adalah awal dari perjalanan yang penuh tantangan.
Di balik layar, di antara cahaya, tawa, dan air mata, dua hati yang saling terikat mulai menulis cerita baru. Namun, mereka harus menghadapi Arman yang tak ingin menyerah. Cinta mereka akan diuji oleh ambisi dan ketegangan yang terus mengintai.
Aku: "Apakah kita bisa menjalani ini bersama?"
Dia: "Selama kita jujur pada diri sendiri, tidak ada yang tidak mungkin. Tapi kita harus siap menghadapi Arman."
Dengan keyakinan dan keberanian, mereka melangkah maju, siap untuk menghadapi semua rintangan yang akan datang.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....