Sunday, September 22, 2024

Argh... Seharusnya Aku Tak Melakukannya

Argh... Seharusnya Aku Tak Melakukannya
Hai Sobat Kumpulan Cerpen Siti Arofah Kali ini aku mau menceritakan sebuah kisah menjalin kasih yang terlalu jauh. Let's check it dot ya Sobats.

Di sebuah kota kecil, Arfi dan Dika adalah dua insan yang sedang dimabuk asmara. Mereka bertemu di kampus, saling tertarik pada pandangan pertama. Arfi, seorang mahasiswi yang ceria dan penuh semangat, menemukan ketenangan dalam kehadiran Dika, yang selalu bisa membuatnya tertawa.

Keduanya menghabiskan waktu bersama, berbagi mimpi dan harapan. Mereka sering berjalan di taman, berbicara tentang masa depan, dan merencanakan perjalanan bersama. Cinta mereka berkembang pesat, hingga batasan yang seharusnya ada mulai memudar.

Seiring berjalannya waktu, rasa cinta mereka semakin dalam. Dalam momen-momen romantis, Arfi dan Dika sering kali kehilangan kendali. Mereka mulai melakukan hal-hal yang seharusnya hanya dilakukan setelah menikah, terjerumus dalam lautan asmara yang membuat mereka lupa akan batasan.

“Cinta kita kuat, kan?” tanya Dika dengan tatapan penuh pengharapan.

“Tentu, kita akan selalu bersama,” jawab Arfi, meskipun di dalam hatinya ada keraguan.

Beberapa minggu kemudian, Arfi mulai merasakan perubahan dalam tubuhnya. Dia sering merasa mual dan lelah, tetapi dia mengabaikannya, berpikir itu hanya efek dari stres kuliah. Namun, saat dia pingsan di kelas, semuanya berubah.

Dika segera membawanya ke dokter. “Kamu harus periksa, Arfi. Ini tidak normal,” katanya dengan nada khawatir.

Arfi hanya mengangguk, merasa bingung dengan apa yang terjadi. Dia tidak ingin Dika khawatir lebih jauh.

Saat tiba di rumah sakit, Arfi merasa cemas. Dia duduk di ruang tunggu, dikelilingi oleh suara bising dan aroma antiseptik. Dika terus menggenggam tangannya, memberi dukungan.

Setelah pemeriksaan, dokter kembali dengan wajah serius. “Arfi, saya punya berita penting. Anda hamil.”

Dunia Arfi seakan berhenti berputar. “Hamil?” gumamnya, shock. Dia menatap Dika, yang juga tampak terkejut.

Setelah mendengar berita tersebut, Arfi dan Dika duduk di sebuah bangku di luar klinik. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Arfi, air matanya mulai mengalir. Dia merasa bingung dan ketakutan.

Dika menarik napas dalam-dalam. “Kita harus berpikir dengan jernih. Ini adalah tanggung jawab besar.”

“Tapi kita belum siap, Dika! Kita masih kuliah, kita belum menikah!” teriak Arfi, merasa panik.

Hari-hari berikutnya Arfi merasa terjebak dalam ketidakpastian. Dia tidak tahu bagaimana memberi tahu orang tuanya atau teman-temannya. Dika berusaha menenangkan Arfi, tetapi dia juga merasa tertekan.

“Kita harus berbicara dengan orang tua kita,” kata Dika suatu sore, ketika mereka duduk di taman tempat mereka biasa menghabiskan waktu.

“Tapi bagaimana jika mereka marah?” Arfi menjawab, suaranya penuh kecemasan.

“Kita tidak bisa menyembunyikannya. Ini adalah kenyataan yang harus kita hadapi,” jawab Dika tegas.

Akhirnya, hari yang ditakuti itu tiba. Mereka mengundang orang tua Arfi untuk berbicara. Dalam suasana tegang, Arfi dan Dika duduk berhadapan dengan orang tua mereka.

“Bu, Pak, kami punya sesuatu yang penting untuk disampaikan,” kata Arfi, suaranya bergetar.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Arfi mengungkapkan berita kehamilannya. Reaksi orang tuanya campur aduk, antara shock dan marah.

“Bagaimana bisa kalian melakukan ini?!” tanya ibunya, air mata mengalir di pipinya.

Setelah pernyataan itu, Arfi dan Dika harus menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka memutuskan untuk menikah, meskipun Dika dan Arfi merasa masih terlalu muda.

“Mungkin ini adalah cara terbaik untuk kita,” kata Dika, berusaha meyakinkan Arfi. “Kita akan menghadapi ini bersama.”

Arfi mengangguk, meskipun hatinya masih penuh keraguan. Dia tahu bahwa mereka harus saling mendukung.

Keduanya mulai mempersiapkan pernikahan dengan bantuan keluarga. Meskipun suasana masih tegang, mereka berusaha untuk berfokus pada hari bahagia mereka. Arfi mulai merasakan harapan baru ketika melihat betapa semua orang berusaha untuk mendukung mereka.

Namun, dia juga merasakan ketakutan akan masa depan. “Apakah kita benar-benar siap untuk ini?” tanya Arfi pada Dika saat mereka berlatih untuk pernikahan mereka.

“Kita tidak bisa memprediksi masa depan, tapi kita bisa membuat keputusan yang tepat untuk saat ini,” jawab Dika, memegang tangan Arfi dengan lembut.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Dengan gaun pengantin yang indah dan senyum di wajahnya, Arfi melangkah menuju altar. Dika menunggu dengan penuh harap. Mereka berdua berjanji untuk saling mencintai dan mendukung satu sama lain, terlepas dari semua yang telah terjadi.

Momen itu penuh emosi. Arfi merasa seolah semua beban di pundaknya mulai terangkat. Dia tahu bahwa meskipun jalannya tidak mudah, mereka akan menjalani semuanya bersama.

Setelah pernikahan, kehidupan baru dimulai. Arfi dan Dika belajar untuk menjadi pasangan yang baik dan mempersiapkan kedatangan anak mereka. Mereka saling mendukung, menghadapi tantangan baru sebagai suami istri.

Arfi mulai merasa lebih tenang dan bahagia. Dia merasakan cinta Dika yang tulus dan berusaha untuk menjadi ibu yang baik. Meskipun mereka masih muda, mereka berkomitmen untuk membangun keluarga yang penuh cinta.

Seiring berjalannya waktu, Arfi belajar untuk menerima kenyataan hidupnya. Dia menemukan kekuatan dalam diri sendiri dan belajar untuk mengatasi rasa takut dan keraguannya. Dika selalu ada di sampingnya, menjadi penopang dalam setiap langkah.

Mereka mulai merencanakan masa depan, bercita-cita untuk memberikan kehidupan yang baik bagi anak mereka. Arfi merasa optimis, meskipun kadang masih ada keraguan yang menghantui.

Beberapa bulan kemudian, Arfi melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Dika dan Arfi menyambut kehadiran putri mereka dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Mereka menyadari bahwa meskipun perjalanan mereka penuh liku, cinta mereka telah tumbuh lebih kuat.

Arfi dan Dika belajar untuk saling mendukung dalam peran baru mereka sebagai orang tua. Mereka tahu bahwa kehidupan tidak selalu sempurna, tetapi cinta mereka akan selalu menjadi cahaya yang membimbing mereka melalui setiap tantangan.

Dengan harapan dan keberanian, mereka terus melangkah maju, siap menghadapi masa depan yang penuh kemungkinan.

Setelah kelahiran putri mereka, Arfi dan Dika merasa kehidupan baru mereka dimulai. Mereka menamai putri mereka Aira, yang berarti "cahaya". Setiap senyuman Aira menjadi sumber kebahagiaan baru dalam hidup mereka.

Namun, menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Arfi mulai merasakan tekanan dari tanggung jawab yang semakin besar. Dia terkadang merasa lelah dan cemas, terutama saat Aira terbangun di malam hari.

Dika berusaha membantu sebisa mungkin, tetapi dia juga harus menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan. Mereka berdua saling mendukung, tetapi kadang-kadang ketegangan muncul.

Suatu malam, saat Aira menangis tanpa henti, Arfi merasa putus asa. “Dika, aku tidak tahu harus berbuat apa. Kenapa dia tidak mau berhenti menangis?” tanyanya, suara penuh keputusasaan.

Dika menghampiri Arfi dan Aira. “Kita akan melewati ini bersama. Aira hanya butuh waktu untuk beradaptasi,” katanya, berusaha tenang. Dia menggendong Aira dan mengayun-ayunkannya lembut.

Melihat Dika berusaha, Arfi merasa sedikit lebih tenang. Momen-momen kecil seperti itu mengingatkan mereka betapa pentingnya saling mendukung.

Setelah beberapa minggu, Arfi memutuskan untuk mencari bantuan. Dia bergabung dengan kelompok dukungan orang tua muda di komunitas. Di sana, dia bertemu dengan banyak orang tua lain yang mengalami tantangan serupa.

Berbagi cerita dengan orang tua lain membantunya merasa tidak sendirian. Dia mendapatkan banyak tips dan saran yang berguna untuk merawat Aira. Arfi merasa lebih percaya diri dan lebih kuat.

Dika akhirnya mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan lokal. Meskipun jadwalnya sibuk, dia berusaha untuk pulang tepat waktu agar bisa menghabiskan waktu bersama Arfi dan Aira.

Suatu malam, setelah pulang kerja, Dika membawa pulang bunga untuk Arfi. “Ini untukmu, sayang. Aku tahu ini tidak mudah, dan aku ingin kamu tahu betapa aku menghargaimu,” katanya, memberikan bunga itu dengan senyuman.

Air mata haru mengalir di pipi Arfi. “Terima kasih, Dika. Ini berarti banyak bagiku,” jawabnya, merasa dicintai dan dihargai.

Kehidupan mereka tidak selalu mulus. Arfi mulai merasakan tekanan dari orang-orang di sekitarnya. Beberapa teman sekelasnya mulai bertanya tentang kehidupannya, dan dia merasa canggung menjelaskan situasi yang mereka hadapi.

“Kenapa kamu tidak menyelesaikan kuliahmu? Kenapa memilih untuk menikah muda?” tanya seorang teman.

Arfi merasa tersudut, tetapi dia mengambil napas dalam-dalam. “Setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Aku bahagia dengan pilihanku,” jawabnya dengan percaya diri.

Dengan dukungan Dika dan teman-teman baru, Arfi mulai merencanakan masa depannya. Dia ingin melanjutkan studinya dan mengejar cita-citanya sebagai seorang desainer.

“Dika, aku ingin kembali ke kuliah setelah Aira sedikit lebih besar. Aku ingin mengembangkan diriku,” ucap Arfi suatu malam.

Dika tersenyum. “Aku akan mendukungmu. Kita bisa mengatur waktu agar semuanya seimbang,” jawabnya. Mereka berdua mulai merencanakan langkah-langkah untuk mencapai impian masing-masing.

Suatu hari, saat Arfi sedang merapikan barang-barang lamanya, dia menemukan foto-foto lama bersama Dika. Kenangan indah itu membuatnya tersenyum, tetapi juga mengingatkan pada masa-masa sulit yang telah mereka lalui.

Arfi menunjukkan foto-foto itu kepada Dika malam itu. “Ingat waktu ini?” tanyanya, menunjuk foto mereka berdua di taman.

“Ya, itu salah satu hari terbaik dalam hidupku,” jawab Dika, tersenyum. “Sekarang kita memiliki Aira. Aku tidak bisa lebih bahagia dari ini.”

Mereka mulai menyusun rencana untuk masa depan. Arfi dan Dika sepakat untuk saling mendukung dalam mengejar impian masing-masing. Mereka merencanakan waktu berkualitas dengan Aira dan juga waktu sendiri untuk berkembang.

“Ini akan sulit, tetapi kita bisa melakukannya jika kita bekerja sama,” kata Dika, penuh semangat.

Arfi mulai mengambil kelas online untuk melanjutkan pendidikannya. Dia menemukan kembali semangatnya dalam desain dan mulai merancang beberapa proyek kecil. Dika bangga melihat bagaimana Arfi tumbuh dan berkembang.

“Melihatmu seperti ini membuatku semakin mencintaimu,” ucap Dika, memeluk Arfi saat dia selesai dengan proyeknya.

Setelah beberapa bulan, Arfi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kompetisi desain lokal. Dia merasa gugup tetapi juga bersemangat. “Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan apa yang bisa aku lakukan,” katanya kepada Dika.

“Percayalah pada dirimu sendiri. Aku yakin kamu bisa melakukannya,” jawab Dika, memberikan dorongan yang dibutuhkan Arfi.

Saat kompetisi mendekat, Arfi bekerja keras untuk menyelesaikan desainnya. Dia menghabiskan waktu larut malam, tetapi dia merasa bersemangat.

Hari kompetisi tiba, dan Arfi merasa cemas. Namun, saat dia melihat peserta lain, dia sadar bahwa semua orang di sana memiliki cerita dan perjuangan masing-masing.

Dia melangkah ke panggung dengan keberanian dan menjelaskan desainnya dengan penuh percaya diri.

Setelah beberapa hari menunggu, hasil kompetisi diumumkan. Arfi tidak percaya saat namanya disebut sebagai pemenang. Dia melompat kegirangan dan menangis bahagia.

“Ini semua berkat dukunganmu, Dika! Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa kamu,” ucap Arfi, memeluk Dika erat.

Dika tersenyum, “Aku selalu ada untukmu. Kita melakukannya bersama.”

Dengan kemenangan itu, Arfi merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan berikutnya. Dia dan Dika terus bekerja sama, saling mendukung dalam setiap langkah yang mereka ambil.

Mereka menyadari bahwa cinta mereka telah tumbuh lebih kuat melalui semua rintangan yang mereka hadapi. Mereka membangun kehidupan yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan, dengan Aira sebagai cahaya yang menghangatkan hati mereka.

Arfi dan Dika belajar bahwa meskipun jalan mereka tidak selalu mudah, cinta dan komitmen mereka akan selalu membawa mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya yang baru. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....