“Jaga diri baik-baik, ya, Pa,” ucap Rina, istrinya, dengan mata berkaca-kaca saat Deni bersiap pergi. Anak mereka, Riko, masih terlalu kecil untuk mengerti, tetapi Deni bisa merasakan ketidakpastian di mata istrinya.
“Aku akan pulang secepatnya. Jangan khawatir,” Deni berjanji, mencium kening Rina dan Riko sebelum melangkah pergi.
Selama beberapa bulan di kota baru, Deni bekerja keras. Ia beradaptasi dengan lingkungan yang asing dan menjalani rutinitas tanpa Rina dan Riko di sampingnya. Meskipun kesibukan mengalihkan pikirannya, rasa rindu selalu menghantui malam-malamnya. Setiap kali mengirim pesan kepada Rina, ia merasakan betapa besar cintanya pada keluarganya.
“Rindu kamu semua. Bagaimana kabar Riko?” tulisnya dalam pesan singkat.
Rina membalas dengan foto Riko yang tengah bermain di taman, tertawa ceria. Deni tersenyum, tetapi hatinya terasa berat. Ia bertekad untuk tetap setia, meskipun godaan dan kesepian sering kali datang menghampiri.
Seiring waktu, Deni bertemu dengan rekan-rekan kerja yang ramah. Salah satu dari mereka, Lani, adalah seorang wanita yang ceria dan pandai bergaul. Mereka sering bekerja sama dalam proyek dan menghabiskan waktu di luar kantor. Lani selalu berusaha membuat suasana menyenangkan, tetapi Deni tetap menjaga jarak emosional.
“Deni, ayo kita makan siang bersama!” ajak Lani dengan senyuman.
Deni tersenyum, tetapi dalam hatinya, ia selalu mengingat Rina dan Riko. “Maaf, saya sudah ada janji,” jawabnya, berusaha untuk tidak terpengaruh.
Di setiap malam, Deni menghabiskan waktu dengan menulis di jurnalnya. Ia mencurahkan rasa rindu dan harapannya untuk keluarga. Mimpinya adalah kembali ke rumah dan memberikan yang terbaik untuk mereka.
Suatu malam, saat menulis, Deni menerima telepon dari Rina. Suaranya yang lembut membuatnya merindukan rumah semakin dalam. “Pa, Riko bertanya kapan kamu pulang,” ucap Rina dengan suara pelan.
“Segera, sayang. Aku akan bekerja keras untuk kalian,” jawab Deni, berusaha menahan air mata.
Suatu malam, Deni menghadiri sebuah acara kantor. Lani berada di sana dan mengajak Deni untuk bersenang-senang. “Ayolah, Deni! Ini kesempatan untuk bersantai,” katanya.
Deni merasa tertekan. Ia ingin bersenang-senang, tetapi hatinya tetap kepada keluarganya. Ia menolak tawaran itu, menyadari bahwa kesetiaan adalah hal terpenting bagi dirinya.
“Maaf, Lani. Aku tidak bisa,” ujarnya tegas.
Setelah enam bulan bekerja keras, Deni akhirnya mendapatkan kesempatan untuk pulang. Ia sangat bersemangat untuk melihat Rina dan Riko. Saat tiba di rumah, Riko berlari menyambutnya dengan pelukan hangat, sementara Rina menatapnya dengan senyuman penuh kasih.
“Pa, aku merindukanmu!” seru Riko, dan Deni merasakan seluruh beban di hatinya terangkat.
Di malam harinya, Deni dan Rina berbicara panjang lebar. Rina menceritakan segala hal yang terjadi selama Deni pergi, dan Deni mendengar dengan penuh perhatian. Mereka saling bercerita tentang harapan dan impian yang ingin dicapai.
Setelah beberapa hari di rumah, Deni kembali ke kota tempat ia bekerja. Kali ini, ia merasa lebih kuat dan berkomitmen untuk tetap setia. Rina dan Riko adalah alasan utama ia berjuang, dan ia tidak ingin mengecewakan mereka.
Selama bekerja, Deni tetap menjaga jarak dari Lani. Ia berusaha untuk tidak terpengaruh, meskipun Lani terus berusaha mendekatinya. “Deni, kamu pasti merasa kesepian. Kita bisa saling menghibur,” tawar Lani.
“Terima kasih, Lani, tetapi aku sudah memiliki keluarga yang aku cintai,” jawab Deni dengan tegas.
Beberapa bulan kemudian, Rina mengirimkan pesan yang mengejutkan. “Pa, aku sakit. Aku merasa sangat lelah dan tidak bisa beraktivitas seperti biasa.”
Deni merasa cemas. Ia segera meminta cuti dan pulang ke rumah. Setibanya di rumah, ia menemukan Rina terbaring lemah. Deni merawatnya dengan penuh cinta dan perhatian, berusaha untuk membuatnya merasa nyaman.
“Jangan khawatir, Sayang. Aku di sini untukmu,” ucap Deni, menggenggam tangan Rina.
Setelah beberapa minggu perawatan, Rina perlahan-lahan pulih. Deni merasa bersyukur bahwa ia bisa ada di sampingnya selama masa sulit itu. Mereka berdua semakin dekat, dan Deni tahu bahwa kesetiaan dan cinta yang mereka miliki adalah hal terpenting dalam hidup mereka.
Rina tersenyum, “Aku tahu kamu berjuang keras untuk kita, Deni. Terima kasih telah setia.”
Deni membalas senyumnya. “Selama aku hidup, aku akan selalu mencintai dan menjaga kalian.”
Setelah kejadian itu, Deni semakin bersemangat untuk bekerja. Ia mendapatkan promosi dan kembali ke kota dengan lebih percaya diri. Kini, ia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.
Deni belajar bahwa kesetiaan adalah tentang komitmen dan cinta yang tulus. Ia tahu bahwa meskipun ada godaan dan tantangan, cinta untuk keluarganya adalah kekuatan terbesarnya.
Beberapa tahun berlalu, Deni terus bekerja keras dan membangun masa depan yang cerah untuk Rina dan Riko. Mereka hidup bahagia, saling mendukung dalam impian masing-masing. Deni tahu bahwa kesetiaan yang ia jaga adalah pondasi yang menguatkan keluarganya.
Di setiap langkah, Deni mengingat bahwa cinta sejati bukan hanya diucapkan, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan. Ia bertekad untuk selalu menjaga kesetiaan dan cinta untuk keluarganya, selamanya.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....