Suatu malam, saat berkumpul dengan teman-teman, salah satu temannya, Rina, bertanya, "Dina, penderitaankapan kamu akan menemukan seseorang yang cocok? Usia kita semakin bertambah."
Dina tersenyum paksa. "Aku hanya ingin menemukan yang tepat, bukan sekadar cocok."
Dina memutuskan untuk mencoba aplikasi kencan. Ia merasa excited dan sedikit gugup saat membuat profil. Beberapa hari kemudian, ia mendapatkan pesan dari seorang pria bernama Ardi. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe.
Namun, saat bertemu, Dina merasa tidak ada kecocokan. Ardi terlalu banyak bicara tentang dirinya sendiri dan tidak memberi ruang untuk Dina berbicara. Setelah satu jam, Dina tahu bahwa tidak ada masa depan untuk mereka.
Setelah pertemuan itu, Dina merasa frustrasi. “Apakah aku terlalu memilih?” batinnya.
Beberapa minggu berlalu, dan Dina mulai merasa lelah dengan kencan buta. Suatu hari, saat berjalan-jalan di taman, ia bertemu dengan seorang pria bernama Bayu yang sedang melukis. Mereka mulai berbincang dan menemukan banyak kesamaan, seperti kecintaan terhadap seni dan musik.
Dina merasa nyaman di dekat Bayu. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam, tertawa dan berbagi cerita. Namun, saat pertemuan itu berakhir, Dina sadar bahwa Bayu belum memberi sinyal bahwa ia tertarik lebih dari sekadar teman.
Meskipun merasa nyaman, Dina mulai ragu. Ia tidak ingin terjebak dalam hubungan yang tidak jelas. Dalam beberapa hari ke depan, mereka terus berkomunikasi, tetapi Dina merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Apakah ini cinta atau hanya pertemanan yang menyenangkan?
Dina memutuskan untuk memberi jarak. Ia tidak ingin berharap terlalu banyak, takut terluka jika ternyata Bayu tidak merasakan hal yang sama.
Suatu malam, saat Dina sedang bersantai di rumah, ia menerima pesan dari mantan pacarnya, Arman. Mereka dulu berpacaran selama dua tahun, tetapi hubungan itu berakhir karena perbedaan visi hidup.
Arman mengajak Dina untuk bertemu. Dina merasakan campur aduk. Apakah ini kesempatan untuk memperbaiki hubungan mereka? Namun, di sisi lain, ia juga ingat mengapa mereka berpisah.
Dina sepakat untuk bertemu Arman. Saat bertemu, mereka berbincang tentang hidup masing-masing. Arman menjelaskan bagaimana ia telah berubah dan ingin memberi hubungan mereka kesempatan kedua. Dina merasa terombang-ambing antara rasa nostalgia dan kehati-hatian.
Namun, saat Arman mulai membahas rencana masa depan mereka, Dina merasa bahwa harapan itu tidak realistis. Ia menyadari bahwa meskipun Arman adalah orang yang baik, mereka tidak memiliki visi yang sama.
Setelah pertemuan dengan Arman, Dina merenungkan semua yang terjadi. Ia merasa lelah dengan harapan yang tidak pasti dan hubungan yang tidak membawa kebahagiaan. Dina memutuskan untuk mengambil waktu untuk dirinya sendiri dan fokus pada impian dan kariernya.
Ia mulai mengejar hobi yang selalu ia tinggalkan, seperti melukis dan menulis. Dalam prosesnya, Dina menemukan kembali dirinya sendiri dan menyadari bahwa kebahagiaan tidak selalu bergantung pada orang lain.
Suatu malam, Dina kembali ke taman tempat ia bertemu Bayu. Ia melihat Bayu sedang melukis di bawah cahaya bulan. Dengan keberanian, Dina mendekatinya dan berkata, "Hai, aku hanya ingin bilang bahwa aku menikmati waktu bersamamu."
Bayu tersenyum. "Aku juga. Aku berharap bisa lebih mengenalmu."
Dina merasa hatinya bergetar. Ia memberi Bayu kesempatan untuk lebih dekat. Mereka mulai berkencan secara resmi, dan Dina merasakan kebahagiaan yang tulus.
Seiring waktu, hubungan Dina dan Bayu tumbuh semakin kuat. Mereka saling mendukung dalam karier dan impian masing-masing. Dina merasa nyaman dan dihargai, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Suatu sore, saat mereka sedang berjalan-jalan di pantai, Bayu mengungkapkan perasaannya. "Dina, aku merasa kita terhubung dengan cara yang dalam. Aku ingin bersamamu dalam perjalanan ini."
Dina merasakan kebahagiaan yang luar biasa. "Aku juga, Bayu. Ini adalah cinta yang aku cari."
Dina dan Bayu mulai merencanakan masa depan bersama. Mereka berbicara tentang impian, perjalanan, dan bahkan keluarga. Dina merasa yakin bahwa Bayu adalah orang yang tepat untuknya.
Suatu malam, saat mereka duduk di balkon apartemen, Dina berbisik, "Aku merasa seperti aku telah menemukan bagian dari diriku yang hilang."
Bayu menggenggam tangan Dina. "Kita akan terus tumbuh bersama, sayang."
Beberapa bulan kemudian, Dina dan Bayu memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Mereka bertunangan dalam suasana yang penuh cinta dan harapan.
Dina menyadari bahwa perjalanan cinta tidak selalu mudah, tetapi setiap pengalaman membentuknya menjadi orang yang lebih kuat. Kini, ia siap untuk menatap masa depan bersama Bayu—cinta sejatinya.
Dengan hati yang penuh kebahagiaan, Dina tahu bahwa cinta tidak hanya tentang menemukan pasangan, tetapi juga tentang menemukan diri sendiri dalam prosesnya.
Setelah bertunangan, Dina dan Bayu memulai persiapan untuk pernikahan mereka. Mereka ingin membuat hari istimewa itu bermakna, tidak hanya bagi mereka, tetapi juga bagi keluarga dan teman-teman terdekat.
Dina merasa antusias saat mengatur segala sesuatu—dari tema hingga undangan. Namun, di tengah semua kesibukan itu, ia juga merasakan sedikit tekanan. "Apakah kita sudah siap untuk langkah selanjutnya?" tanyanya pada Bayu suatu malam.
Bayu tersenyum, mengusap punggung tangan Dina. "Kita sudah melewati banyak hal bersama. Ini hanya langkah berikutnya dalam perjalanan kita."
Dina dan Bayu memutuskan untuk mengadakan sesi pemotretan pra-pernikahan. Mereka memilih lokasi di taman yang penuh bunga, tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama. Selama pemotretan, mereka tertawa, berpose, dan berbagi momen-momen manis yang membuat cinta mereka semakin kuat.
Saat melihat foto-foto itu, Dina merasa terharu. "Aku tidak pernah membayangkan bisa menemukan cinta seperti ini," katanya sambil menatap Bayu.
Bayu menatapnya dengan hangat. "Cinta kita adalah perjalanan yang indah, dan aku bersyukur bisa melaluinya bersamamu."
Namun, menjelang hari pernikahan, Dina dan Bayu menghadapi ujian yang tak terduga. Keluarga Dina mulai mendesaknya untuk mengadakan pernikahan yang lebih besar dan mewah, sementara Bayu lebih memilih pernikahan yang sederhana dan intim.
Dina merasa terjebak di antara dua dunia. "Aku ingin membuat semua orang bahagia, tapi aku juga ingin hari ini menjadi milik kita," ungkapnya pada Bayu.
Bayu mengangguk. "Mari kita bicarakan dengan keluargamu. Kita bisa mencari jalan tengah."
Setelah berdiskusi, Dina dan Bayu akhirnya memutuskan untuk mengadakan pernikahan sederhana tetapi penuh makna. Mereka mengundang hanya keluarga dan teman terdekat. Dengan cara ini, mereka bisa tetap fokus pada cinta mereka tanpa tertekan oleh ekspektasi orang lain.
Dina merasa lega setelah mencapai kesepakatan. "Terima kasih telah memahami dan mendukungku, Bayu. Aku merasa kita adalah tim yang hebat."
"Selalu, Dina. Kita akan menghadapi apa pun bersama," jawab Bayu dengan tegas.
Hari pernikahan tiba, dan semua terasa sempurna. Dina mengenakan gaun putih yang indah, sementara Bayu tampan dalam setelan jas. Saat Dina melangkah masuk ke gereja, semua mata tertuju padanya, dan Bayu tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
Saat mereka mengucapkan janji suci, air mata haru mengalir di wajah Dina. "Aku berjanji untuk mencintaimu, mendukungmu, dan berada di sampingmu dalam setiap langkah."
Bayu menjawab, "Aku berjanji untuk mencintaimu selamanya, dalam suka dan duka."
Setelah upacara, mereka merayakan dengan resepsi kecil di taman di mana mereka sering menghabiskan waktu. Teman-teman dan keluarga berkumpul, memberikan ucapan selamat dan berbagi kisah-kisah indah tentang mereka.
Dina merasa bahagia melihat semua orang yang dicintainya berkumpul untuk merayakan cinta mereka. Dalam momen itu, ia menyadari bahwa cinta sejati tidak hanya tentang dua orang, tetapi juga tentang komunitas yang saling mendukung.
Setelah bulan madu, Dina dan Bayu kembali ke kehidupan sehari-hari. Mereka memutuskan untuk menyewa apartemen baru yang lebih besar dan nyaman. Dina merasa bersemangat untuk memulai hidup baru sebagai istri Bayu.
Namun, kehidupan baru juga membawa tantangan. Mereka harus beradaptasi dengan rutinitas baru dan saling memahami kebiasaan satu sama lain. Terkadang, pertengkaran kecil muncul, tetapi mereka selalu berusaha untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah dengan baik.
Dina dan Bayu mulai merencanakan masa depan bersama. Mereka berbicara tentang impian memiliki anak dan membangun keluarga. Dina merasa bahagia bisa berbagi semua rencananya dengan Bayu.
Suatu malam, saat mereka duduk di balkon sambil menikmati minuman, Dina berkata, "Aku ingin kita memiliki anak yang sehat dan bahagia. Aku ingin mengajarkan mereka tentang seni dan musik."
Bayu tersenyum. "Aku ingin menjadi ayah yang baik dan mendukung mereka dalam segala hal. Kita akan membangun keluarga yang penuh cinta."
Seiring waktu, cinta Dina dan Bayu semakin dalam. Mereka tumbuh bersama, belajar dari satu sama lain, dan saling mendukung dalam karier masing-masing. Dina mulai menggeluti dunia seni lebih serius, sementara Bayu terus berkarya sebagai seniman.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi mimpi, dan saling memberi semangat. Dina merasa beruntung memiliki Bayu di sampingnya, terutama saat menghadapi tantangan di tempat kerja.
Beberapa tahun berlalu, dan Dina dan Bayu telah membangun kehidupan yang indah bersama. Mereka telah menjadi pasangan yang saling melengkapi, menghadapi semua suka dan duka dengan penuh cinta.
Dina menyadari bahwa pencariannya akan cinta sejati telah membawanya ke pelukan Bayu. Kini, ia tahu bahwa cinta bukan hanya tentang menemukan seseorang yang tepat, tetapi juga tentang perjalanan menuju satu sama lain.
Dengan hati yang penuh rasa syukur, Dina menatap masa depan. Ia tahu bahwa cinta mereka akan terus tumbuh, seiring dengan setiap langkah yang mereka ambil bersama. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....