Saturday, September 14, 2024

Bagaimana Cara Aku Meyakinkan Ibu

Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Irdan duduk sambil menatap layar ponselnya. Hatinya berdebar-debar menunggu kedatangan Farah, kekasihnya. Farah adalah sosok yang berambisi dan sudah mapan dalam karirnya sebagai seorang arsitek. Sementara itu, Irdan masih berjuang dengan pekerjaannya yang serba terbatas sebagai seorang desainer grafis freelance.

Ketika Farah tiba, wajahnya bersinar. Dia mengenakan gaun sederhana yang membuatnya terlihat anggun. Namun, senyumnya mulai memudar saat membicarakan orang tuanya, terutama ibunya yang sangat menginginkan agar Farah menikah dengan seseorang yang lebih mapan.

Kekhawatiran Farah tentang ibunya selalu menjadi beban dalam hubungan mereka. “Irdan, kamu tahu ibuku tidak menyukaimu karena keadaanmu,” kata Farah. Irdan hanya mengangguk. Dia sudah terbiasa dengan anggapan orang lain tentang status ekonominya.

Suatu malam, mereka berdua pergi ke rumah Farah untuk makan malam. Irdan merasa gugup ketika melihat ibunya. Di meja makan, suasana mulai tegang ketika ibunya menanyakan pekerjaan Irdan. “Kamu masih freelance? Itu pekerjaan yang tidak stabil,” sindirnya. Irdan hanya tersenyum, berusaha mengabaikan komentar pedas itu.

Setelah pertemuan itu, Irdan merasa semakin tertekan. Dia mencintai Farah, tetapi ketidakpastian tentang masa depan dan penilaian orang lain membuatnya merasa tidak cukup. Dia bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa lebih baik. Irdan mulai bekerja lebih keras, mengambil proyek tambahan dan belajar tentang bisnis untuk menambah penghasilannya.

Farah melihat perubahan ini dan mendukung Irdan dengan sepenuh hati. “Aku percaya kamu bisa,” katanya. Namun, bayang-bayang ibunya selalu mengintai.

Suatu hari, Farah mengundang Irdan untuk menghadiri acara keluarga. Irdan merasa cemas, tetapi dia tahu ini adalah langkah penting dalam hubungan mereka. Malam itu, saat mereka berbincang, ibunya kembali mengeluarkan komentar yang menyakitkan. “Farah, kamu tidak perlu terjebak dalam hubungan yang tidak jelas.”

Irdan merasa hatinya hancur, namun dia memutuskan untuk berbicara. “Bu, saya mungkin tidak kaya, tetapi saya mencintai Farah dengan tulus. Saya berjanji untuk berjuang demi masa depan kami.” Keheningan meliputi ruangan. Ibunya menatap Irdan dengan tajam, tetapi Farah menggenggam tangan Irdan, memberi semangat.

Setelah malam yang penuh ketegangan itu, Farah merasa tertekan. Dia mencintai Irdan, tetapi ibunya terus mendesaknya untuk memilih. Dalam sebuah perbincangan yang emosional, Farah mengungkapkan keraguannya. “Aku tidak ingin melukai ibuku, tetapi aku juga tidak bisa kehilanganmu.”

Irdan merasa putus asa, tetapi dia tahu dia tidak bisa memaksa Farah untuk memilih. Dia memutuskan untuk memberi Farah waktu untuk berpikir. “Aku akan menunggu, Farah. Aku mencintaimu, dan aku ingin kamu bahagia, apapun keputusanmu.”

Beberapa minggu berlalu, dan Irdan terus berusaha memperbaiki hidupnya. Dia mendapatkan proyek besar yang membantunya meningkatkan pendapatannya. Sementara itu, Farah merenungkan semua yang terjadi. Dia mulai menyadari bahwa cinta sejatinya adalah tentang saling mendukung dan memahami.

Akhirnya, Farah menemui Irdan di kafe tempat mereka pertama kali bertemu. Dengan mata berkaca-kaca, dia berkata, “Aku memilihmu, Irdan. Aku ingin kita bersama, meskipun jalan kita mungkin sulit.”

Irdan merasa lega dan bahagia. Mereka berdua berjanji untuk menghadapi semua tantangan bersama, dengan keyakinan bahwa cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi segala rintangan.

Setelah pernikahan sederhana mereka, Irdan dan Farah memulai kehidupan baru sebagai pasangan. Mereka tinggal di sebuah apartemen kecil yang nyaman, yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka. Irdan merasa lebih bersemangat dalam bekerja, dan Farah semakin berkomitmen untuk mendukung mimpinya.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Farah masih merasa tekanan dari ibunya, yang tetap skeptis tentang pilihan putrinya. Irdan berusaha untuk tidak membiarkan hal itu memengaruhi hubungan mereka, tetapi terkadang, kata-kata ibunya kembali menghantui pikirannya.

Suatu sore, Farah menerima telepon dari ibunya. Setelah berbincang, dia tampak gelisah. “Irdan, ibuku ingin kita mengunjungi mereka akhir pekan ini. Dia ingin berbicara tentang masa depan kita,” ungkap Farah dengan nada cemas.

Irdan merasakan ketegangan. Dia ingin menunjukkan bahwa dia layak untuk Farah, tetapi dia juga takut akan reaksi ibunya. “Aku akan bersikap baik, Farah. Mari kita buktikan bahwa kita bisa menghadapi ini bersama,” jawab Irdan berusaha optimis.

Hari yang ditunggu pun tiba. Keluarga Farah berkumpul di rumah mereka. Irdan berusaha untuk tampil percaya diri, tetapi suasana terasa tegang. Ibunya menyambut mereka dengan dingin.

Di tengah pertemuan, ibunya menanyakan rencana masa depan Irdan. “Jadi, Irdan, apa yang akan kamu lakukan untuk memastikan Farah memiliki masa depan yang baik?” tanyanya tajam.

Irdan menjelaskan rencananya untuk memperluas usaha desainnya dan bagaimana dia sedang belajar tentang manajemen bisnis. Namun, ibunya tetap skeptis. “Kamu harus tahu, Farah layak mendapatkan yang terbaik,” katanya, membuat jantung Irdan berdegup kencang.

Setelah pertemuan itu, Farah merasa frustrasi. Dia tahu Irdan berusaha keras, tetapi ibunya terus menekannya. “Irdan, aku tidak ingin kamu merasa tertekan. Aku mencintaimu apa adanya,” ungkap Farah dengan tulus.

Irdan menggerakkan tangannya, menenangkan Farah. “Aku akan membuktikannya, Farah. Aku akan bekerja lebih keras untuk masa depan kita. Aku tidak akan menyerah,” tegasnya.

Dia mulai menghadiri seminar dan workshop untuk meningkatkan keterampilannya. Irdan juga mulai mencari klien yang lebih besar dan berusaha membangun jaringan bisnis.

Beberapa bulan kemudian, Irdan mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan besar untuk bekerja sama dalam proyek desain. Ini adalah kesempatan yang sangat dia dambakan. Dia bekerja siang dan malam, membuktikan kemampuannya, dan akhirnya proyek tersebut sukses besar.

Farah sangat bangga dan merayakan pencapaian Irdan. “Kamu telah membuktikan bahwa kerja kerasmu membuahkan hasil,” ujarnya dengan penuh cinta. Namun, Irdan tahu bahwa ini baru awal dari perjalanan mereka.

Meski karir Irdan mulai berkembang, tantangan dari ibunya Farah tak kunjung pudar. Suatu hari, Farah mendengar ibunya berbicara tentang rencana untuk menjodohkan dia dengan seorang pengusaha sukses. Hatinya hancur.

“Kenapa ibuku tidak bisa menerima kita?” keluh Farah kepada Irdan.

Irdan menggenggam tangan Farah. “Kita akan melewati ini. Cinta kita lebih kuat dari semua itu,” katanya sambil berusaha memberi semangat.

Setelah banyak pertimbangan, Farah memutuskan untuk berbicara dengan ibunya. Dia ingin menjelaskan dengan tegas bahwa pilihannya adalah Irdan. “Ibu, aku ingin Ibu memahami bahwa cintaku bukan hanya tentang status. Irdan membuatku bahagia,” ujarnya dengan berani.

Ibunya terdiam sejenak sebelum menjawab. “Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Farah. Tapi jika kamu yakin, aku akan menghormati pilihanmu,” jawabnya, meski nada suaranya masih mencerminkan keraguan.

Dengan dukungan Farah, Irdan semakin bersemangat. Dia terus berusaha dan berhasil mendapatkan klien-klien baru, membuat usaha desainnya semakin berkembang. Dia juga mulai mendapatkan pengakuan dalam industri, yang membantu memperbaiki citranya di mata orang-orang di sekitarnya.

Farah semakin yakin akan pilihan hidupnya. Dia dan Irdan mulai merencanakan masa depan bersama, membayangkan rumah dan keluarga yang mereka impikan.

Setelah beberapa tahun berlalu, Irdan dan Farah akhirnya memutuskan untuk memiliki anak. Mereka merasa siap dan yakin bahwa cinta mereka dapat mengatasi segala rintangan.

Ibunya Farah mulai melihat perubahan dan usaha yang dilakukan Irdan. Dia akhirnya mengakui bahwa cinta dan komitmen mereka layak dihargai. Di sebuah pertemuan keluarga, ibunya berusaha mendekatkan diri dengan Irdan.

“Maafkan aku jika aku terlalu keras padamu, Irdan. Aku melihat betapa kamu mencintai Farah,” katanya dengan tulus.

Irdan merasa lega. Dia tahu bahwa perjalanan mereka mungkin tidak selalu mulus, tetapi dengan cinta dan ketekunan, mereka bisa menghadapi segala tantangan yang ada.

Cinta mereka, yang pernah diuji oleh berbagai hal, kini semakin kuat dan tak tergoyahkan. Mereka menatap masa depan dengan penuh harapan, siap untuk menjalani setiap momen bersama. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....