Sementara itu, di sudut lain mall, Saskia tengah berbelanja. Ia tampak ceria, tetapi di dalam hatinya, ada luka yang masih menyakitkan akibat kepergian Irawan. Meskipun ia berusaha melupakan, kenangan manis mereka selalu kembali menghantuinya dalam sepi.
Saat Irawan melintasi sebuah toko, pandangannya tertuju pada sosok yang sangat dikenalnya. Saskia, dengan senyuman yang memikat dan rambut panjangnya yang tergerai , sedang memilih pakaian. Jantung Irawan berdegup kencang. Senyumnya yang dulu selalu membuatnya merasa tenang kini terasa seperti sebuah mimpi yang hilang.
Dengan keberanian yang terpaksa, Irawan mendekati Saskia. "Saskia?" suaranya bergetar. Saskia menoleh, dan tatapan mereka bertemu. Dalam sekejap, waktu seolah berhenti. Namun, senyuman Saskia tiba-tiba memudar, dan ia menatap Irawan dengan campuran rasa terkejut dan dingin.
"Irawan," kata Saskia pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Irawan merasa jantungnya tertekan. "Aku... aku sudah mencari kamu. Aku ingin menjelaskan semuanya."
Saskia menarik napas dalam-dalam. "Menjelaskan? Setelah semua yang terjadi? Setelah kau pergi tanpa kabar?"
Irawan merasakan sakit di dadanya. "Aku tidak bermaksud menyakiti kamu. Saat itu, aku merasa terjebak. Aku tidak tahu harus bagaimana."
Saskia menatap Irawan tajam. "Kau tahu betapa sakitnya ditinggalkan tanpa alasan? Betapa aku merasa kosong dan bingung? Aku sudah berusaha melupakanmu, Irawan. Aku tidak bisa kembali sekarang."
Irawan merasa hatinya hancur. "Tapi aku merindukanmu, Saskia. Aku ingin kembali merajut kasih yang kita miliki. Aku telah berubah."
Saskia menggelengkan kepala. "Perubahan tidak menghapus rasa sakit yang ditinggalkan. Aku sudah berusaha melanjutkan hidupku tanpa kamu. Dan sekarang, aku tidak bisa mengulangi masa lalu itu."
Irawan merasa putus asa. Ia ingin menjelaskan bahwa ia telah belajar dari kesalahannya. "Aku tahu aku salah. Tapi tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
Saskia menatap Irawan dengan mata yang penuh air mata. "Irawan, aku menghargai usahamu. Tapi aku tidak bisa kembali ke tempat yang menyakitkan. Kita sudah berada di jalur yang berbeda sekarang."
Irawan merasa seolah dunia runtuh di sekelilingnya. Ia ingin meraih tangan Saskia, tetapi ia tahu bahwa saat ini, semua itu hanya akan menyakiti mereka berdua lebih dalam.
Setelah pertemuan itu, Irawan merasa hampa. Ia mengingat kembali semua kenangan indah saat bersama Saskia. Mereka sering menghabiskan waktu di taman, tertawa dan berbagi impian. Kini, semua itu terasa seperti ilusi yang tak terjangkau.
Sementara itu, Saskia mencoba melanjutkan hidupnya. Ia kembali bekerja dan menghabiskan waktu bersama teman-teman. Namun, bayangan Irawan selalu hadir, membayangi setiap langkahnya. Ia merasa bingung antara rasa sakit yang pernah ada dan keinginan untuk melanjutkan hidup.
Dalam beberapa minggu setelah pertemuan itu, Irawan berusaha untuk memperbaiki diri. Ia mulai menulis jurnal, mencurahkan semua perasaannya tentang Saskia dan penyesalan yang terus menghantuinya. Ia menyadari bahwa ia harus menghadapi konsekuensi dari keputusannya yang lalu.
Suatu malam, Irawan membaca kembali catatan-catatan itu dan menemukan kekuatan dalam dirinya. Ia bertekad untuk tidak menyerah. Jika ia tidak bisa mendapatkan kembali Saskia, setidaknya ia bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Beberapa bulan kemudian, Irawan mendengar kabar bahwa Saskia akan mengadakan acara amal di kota. Ia merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk berbicara dengan Saskia. Dengan penuh harapan, ia memutuskan untuk menghadiri acara tersebut.
Saat acara berlangsung, Irawan melihat Saskia di antara kerumunan. Ia tampak bersinar, berbicara dengan penuh semangat kepada para tamu. Irawan merasa bangga melihatnya, tetapi di saat yang sama, hatinya dipenuhi kerinduan.
Setelah acara selesai, Irawan mendekati Saskia. "Saskia, bolehkah kita berbicara sebentar?"
Saskia menatapnya dengan ragu, tetapi akhirnya mengangguk. Mereka berjalan ke sudut yang lebih sepi. "Apa yang ingin kau katakan sekarang, Irawan?"
"Iaku ingin meminta maaf. Bukan hanya karena pergi, tetapi juga karena tidak menghargai semua yang kita miliki. Aku ingin kamu tahu bahwa aku telah berubah," ungkap Irawan tulus.
Saskia menghela napas. "Perubahan itu penting, Irawan. Tapi aku sudah mengambil langkah untuk melanjutkan hidupku. Aku tidak ingin kembali ke masa lalu yang menyakitkan."
Irawan merasa hatinya hancur, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Saskia. "Aku mengerti. Aku hanya ingin kamu bahagia, terlepas dari apapun," jawabnya dengan penuh pengertian.
Saskia mengangguk, air mata mengalir di pipinya. "Terima kasih, Irawan. Itu berarti banyak bagiku. Aku harap kita bisa saling mendukung sebagai teman."
Irawan tersenyum lemah. "Ya, sebagai teman."
Waktu berlalu, dan meskipun Irawan dan Saskia tidak bisa kembali seperti dulu, mereka belajar untuk saling menghargai. Irawan menemukan kedamaian dalam dirinya, dan Saskia melanjutkan hidupnya dengan lebih kuat.
Meskipun rasa sakit itu tidak akan pernah sepenuhnya hilang, mereka berdua tahu bahwa hidup terus berjalan. Kenangan indah akan selalu ada, tetapi mereka harus siap menghadapi masa depan dengan keberanian. Dalam hati mereka, jejak yang hilang akan selalu menjadi bagian dari diri mereka.
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....