Saturday, October 26, 2024

Deru Roda dan Cinta

Deru Roda dan Cinta
Hai Sobat Kumpulan Cerpen Siti Arofah Kali ini aku mau menceritakan sebuah kisah cinta yang terjadi antara seorang driver ojek online dan penumpangnya. Dari pertemuan yang tidak disengaja hingga perjalanan romantis yang penuh liku-liku, cerita ini akan memperlihatkan sisi manis dari profesi sebagai seorang tukang ojek online.

Di tengah riuhnya Jakarta yang padat, Ardi, seorang driver ojek online, melaju dengan motor kesayangannya di jalan yang sudah ia hapal luar kepala. Sebagai driver ojek online, setiap harinya dia bertemu banyak orang dengan cerita berbeda-beda. Tetapi, Ardi tidak pernah menyangka, hari ini, hidupnya akan berubah setelah bertemu seorang penumpang yang istimewa.

Siang itu, ketika matahari terik, ponsel Ardi bergetar, tanda ada orderan masuk. Nama yang muncul di layar adalah "Nadia". Lokasi jemputnya di sebuah kafe di bilangan Kemang. Tidak ada yang spesial dari nama itu, tapi bagi Ardi, semua orderan adalah kesempatan untuk mencari nafkah. Ia pun segera meluncur menuju lokasi.

Sesampainya di depan kafe, Ardi menunggu dengan motor menyala. Dari dalam kafe, seorang perempuan berambut panjang dan mengenakan kacamata hitam keluar dengan santai. Wajahnya anggun, kulitnya bersih, dan senyumnya lembut, membuat siapa pun yang melihatnya sejenak terpesona. Dia adalah Nadia, penumpang yang tak disangka-sangka akan mengguncang hati Ardi.

Nadia (tersenyum kecil): "Mas Ardi, ya? Aku Nadia. Maaf ya, nunggu lama. Jalanan macet nggak tadi?"

Ardi (sedikit gugup): "Nggak kok, Mbak Nadia. Biasa aja. Ya, udah kebal sama macet Jakarta, hehe. Mau ke mana, Mbak?"

Nadia (tertawa kecil): "Ke apartemen di daerah Kuningan, Mas. Jalanan padat, kan, sekarang? Makanya mending pakai ojek."

Ardi tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa groginya. Ada sesuatu yang berbeda dari perempuan ini. Tatapan matanya lembut, tapi penuh percaya diri, membuat Ardi merasa ada sesuatu yang istimewa. Saat Nadia naik ke belakang motornya, Ardi bisa merasakan detak jantungnya sedikit lebih cepat dari biasanya.

Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol ringan. Ardi berusaha tetap profesional, meskipun sesekali ia mencuri pandang lewat kaca spion. Di balik kacamata hitamnya, Nadia tampak menikmati perjalanan, meskipun harus terjebak di kemacetan. Entah kenapa, obrolan mereka mengalir begitu saja, tak terasa canggung meski baru bertemu.

Nadia (dengan suara riang): "Mas Ardi udah lama jadi driver ojek online? Sepertinya asyik, ya. Bisa ketemu banyak orang setiap hari."

Ardi (tersenyum tipis): "Udah hampir tiga tahun, Mbak. Lumayan buat nyari nafkah. Tapi ya, ada suka dukanya juga. Kadang capek, tapi seru juga ketemu orang-orang baru tiap hari."

Nadia: "Pasti, ya. Kadang aku juga mikir, kalau orang-orang yang kutemui sehari-hari punya cerita masing-masing. Kaya Mas Ardi ini, pasti punya banyak cerita."


Baca juga Bukan Semua yang Bersinar adalah Emas


Ardi hanya bisa tersenyum, merasa obrolan mereka lebih dalam dari sekadar basa-basi. Seiring perjalanan, tanpa disadari, hatinya mulai terikat dengan kelembutan Nadia. Namun, dia sadar bahwa perbedaan di antara mereka begitu besar. Nadia terlihat seperti perempuan yang hidupnya nyaman, sementara Ardi hanyalah seorang driver ojek online yang berjuang setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Setelah menurunkan Nadia di apartemennya, Ardi melanjutkan pekerjaannya seperti biasa. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Senyum Nadia, tawa riangnya, dan percakapan hangat mereka tadi terus terngiang di pikirannya. Ia bahkan menyimpan nama Nadia dalam ingatannya dengan harapan akan mendapat order darinya lagi.

Beberapa hari berlalu, dan Ardi tetap menjalankan rutinitasnya. Hingga suatu sore, ponselnya kembali bergetar. Nama yang muncul di layar itu lagi: "Nadia". Ardi sedikit terkejut sekaligus senang, meskipun ia berusaha menahan perasaannya. Ia langsung mengambil orderan itu dan menuju ke lokasi jemput di sebuah mall.

Saat Nadia masuk ke dalam motornya, mereka kembali berbicara dengan nyaman, seakan pertemuan mereka sebelumnya belum lama berlalu.

Nadia (tersenyum): "Wah, ketemu lagi sama Mas Ardi. Ternyata semesta mempertemukan kita lagi, ya?"

Ardi (tertawa kecil, berusaha santai): "Iya, Mbak. Mungkin Mbak Nadia memang pelanggan setia saya nih, hehe."

Nadia: "Kalau nyaman sama driver-nya, kenapa nggak? Hehe."

Obrolan mereka makin hangat. Kali ini, Nadia bercerita lebih banyak tentang dirinya. Ternyata dia seorang interior designer yang sering bepergian ke berbagai tempat untuk bertemu klien. Sementara Ardi, meski sedikit malu, juga mulai bercerita tentang perjuangannya menjadi driver ojek online, tentang keluarganya, dan mimpi-mimpi kecilnya yang sederhana.

Di satu titik, Nadia bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.

Nadia (serius): "Mas Ardi nggak capek setiap hari harus keliling kota? Aku lihat kerjaan ini pasti berat banget, kan? Apalagi cuaca Jakarta yang nggak menentu."

Ardi (tersenyum): "Capek, sih, Mbak. Tapi, ya, gimana lagi. Hidup harus terus jalan. Buat saya, bisa bawa pulang uang dan lihat keluarga senyum, itu udah cukup. Lagipula, setiap hari bisa ketemu orang baru, ada yang bikin capek jadi hilang, kaya sekarang ini."

Nadia (tersenyum manis): "Hmm, maksudnya? Orang seperti aku gitu?"

Ardi (gugup, cepat-cepat mengalihkan): "Hehe, maksudnya ya, ngobrol sama orang yang asik bikin capeknya berkurang, Mbak."

Mereka berdua tertawa, tetapi ada sesuatu dalam tawa itu yang terasa lebih dari sekadar candaan biasa. Seolah ada getaran halus yang menghubungkan hati mereka berdua.
Semakin Dekat

Pertemuan demi pertemuan tak terhindarkan. Setiap kali Nadia butuh ojek, ia dengan sengaja memesan Ardi. Dalam beberapa minggu, mereka sudah semakin akrab. Bahkan setelah selesai mengantarkan Nadia, Ardi sering diajak minum kopi sebentar di kafe dekat apartemennya.


Baca juga Sukses Adalah Bagian Dari Perjuangan


Suatu hari, saat mereka sedang menikmati kopi di sebuah kafe kecil, percakapan mereka menjadi lebih serius. Nadia mulai berbicara tentang kehidupan pribadinya yang ternyata tidak seindah yang terlihat dari luar. Meski terlihat mapan dan bahagia, Nadia merasa kesepian. Pekerjaannya yang sibuk membuatnya sulit menjalin hubungan dengan orang lain. Ia merasa sulit menemukan seseorang yang benar-benar peduli dengannya, bukan hanya pada status atau pekerjaannya.

Nadia (dengan nada lirih): "Kadang aku merasa, orang-orang cuma lihat aku dari luar. Padahal, aku juga butuh seseorang yang bisa mengerti aku. Yang sederhana, tapi tulus."

Ardi mendengarkan dengan seksama, hatinya tersentuh. Dia bisa melihat sisi lain dari Nadia yang selama ini tertutup oleh senyumannya. Ternyata, meski hidupnya terlihat sempurna, Nadia juga memiliki beban tersendiri.

Ardi (dengan lembut): "Kamu berhak bahagia, Nad. Nggak peduli seberapa sukses atau sibuknya kamu, yang penting kamu ketemu orang yang benar-benar sayang sama kamu apa adanya. Bukannya karena status atau pekerjaan."

Nadia terdiam, matanya menatap Ardi dengan tatapan lembut yang belum pernah ia tunjukkan sebelumnya. Ada kehangatan yang muncul di antara mereka, dan Ardi merasa inilah saat di mana hubungan mereka berubah. Tidak lagi sekadar driver dan penumpang, tapi lebih dari itu.

Nadia (tersenyum pelan): "Mas Ardi, kamu benar-benar beda. Aku merasa nyaman sama kamu."

Detik itu, Ardi merasa hatinya berdegup lebih kencang dari biasanya. Namun, di balik rasa senangnya, ada sedikit keraguan. Apakah dia, seorang driver ojek online, pantas bersanding dengan perempuan seperti Nadia? Tapi, di satu sisi, dia juga merasa hubungan mereka sudah lebih dari sekadar profesional.

Ardi (dengan hati-hati): "Terima kasih, Nad. Aku juga merasa nyaman sama kamu. Tapi... aku cuma orang biasa. Aku nggak tahu apa aku cukup baik buat kamu."

Nadia tersenyum, menggenggam tangan Ardi pelan.

Nadia: "Ardi, aku nggak peduli kamu kerja apa. Yang penting, kamu tulus sama aku. Itu yang selama ini aku cari."

Seiring berjalannya waktu, hubungan Ardi dan Nadia berkembang menjadi lebih dari sekadar driver dan penumpang. Setiap hari, mereka saling menunggu momen untuk bertemu, baik saat Ardi mengantar Nadia pulang kerja, atau saat mereka menghabiskan waktu di kafe-kafe kecil di sudut kota. Ardi, yang dulunya hanya menganggap pekerjaannya sebagai rutinitas, kini selalu menantikan order dari Nadia dengan perasaan berdebar.

Namun, di balik kebahagiaan yang tumbuh, Ardi masih menyimpan kekhawatiran. Dia sering bertanya pada dirinya sendiri: apa benar Nadia menyukai dia, seorang driver ojek online biasa? Meski Nadia tak pernah menunjukkan bahwa status Ardi menjadi masalah, tetapi perbedaan latar belakang selalu mengganggu pikiran Ardi.

Suatu malam, setelah mengantar Nadia pulang dari sebuah pertemuan bisnis, Ardi akhirnya memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya.

Ardi (sambil menatap jalanan): "Nad, boleh aku tanya sesuatu?"

Nadia (sambil tersenyum lembut): "Tentu, Ard. Tanya aja, aku dengar."

Ardi menggigit bibirnya, ragu sejenak sebelum melanjutkan.

Ardi (dengan nada hati-hati): "Kamu beneran nggak masalah sama pekerjaan aku? Aku cuma driver ojek. Aku tahu, mungkin kamu bisa dapatkan orang yang jauh lebih sukses, lebih mapan. Kadang aku takut kalau…"

Nadia segera memotong perkataan Ardi sebelum dia sempat menyelesaikannya.

Nadia (dengan serius tapi penuh kelembutan): "Ardi, dengar aku. Aku udah bilang sebelumnya, bukan status atau pekerjaan yang bikin aku nyaman sama kamu. Aku nggak peduli kamu kerja apa. Yang penting, kamu baik, jujur, dan tulus. Itu lebih dari cukup buat aku."

Ardi terdiam sejenak, hatinya mulai merasa lega tapi masih ada sedikit keraguan.

Ardi: "Tapi Nad, kamu tahu kan, aku nggak bisa kasih kamu kehidupan mewah. Aku cuma bisa kasih hal-hal sederhana. Aku nggak mau kamu nyesel kalau…"

Nadia tiba-tiba menggenggam tangan Ardi, membuatnya berhenti bicara. Tatapan Nadia penuh kepastian.

Nadia (tersenyum hangat): "Ardi, cinta itu bukan soal harta atau status. Aku udah bertemu banyak orang sukses, tapi nggak ada yang bisa bikin aku merasa seperti kamu. Kamu bikin aku merasa dihargai, diterima, dan yang paling penting, kamu selalu ada untuk aku. Itu lebih dari cukup."

Ardi merasa hatinya hangat mendengar kata-kata Nadia. Mungkin, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia benar-benar merasa dicintai apa adanya. Nadia bukan hanya melihatnya sebagai driver ojek, tapi sebagai seseorang yang berharga. Malam itu, di bawah bintang-bintang Jakarta yang gemerlap, Ardi merasa hidupnya berubah selamanya.

Namun, cinta tak selalu berjalan mulus. Suatu hari, saat Ardi sedang menunggu order seperti biasa, ia menerima kabar mengejutkan. Nadia akan dipindahkan ke cabang perusahaan di luar negeri untuk sebuah proyek besar. Berita itu membuat hati Ardi kalut. Bagaimana nasib hubungan mereka jika Nadia harus pergi?

Malam itu, mereka bertemu di kafe favorit mereka. Ardi sudah tahu apa yang ingin ia tanyakan, tapi ia tak tahu bagaimana harus memulainya. Nadia tampak gelisah, dan akhirnya membuka percakapan.

Nadia (dengan suara lirih): "Ard, aku ada kabar… aku mungkin harus pindah ke luar negeri untuk beberapa bulan. Aku ditugaskan di cabang luar negeri untuk proyek besar."

Ardi menelan ludah, perasaannya campur aduk. Meski ia tahu ini kesempatan besar untuk karir Nadia, ia juga tidak bisa menyembunyikan rasa takut akan kehilangan Nadia.

Ardi (dengan berat hati): "Itu kesempatan besar, Nad. Aku senang buat kamu. Tapi... gimana kita?"

Nadia menatap Ardi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia juga merasakan dilema yang sama. Ia tidak ingin meninggalkan Ardi, tetapi kesempatan ini adalah mimpi besarnya.

Nadia (dengan suara gemetar): "Ardi, aku nggak mau kehilangan kamu. Tapi aku juga nggak bisa menolak kesempatan ini. Kamu tahu ini penting buat karirku."

Ardi: "Aku ngerti, Nad. Aku nggak mau jadi penghalang mimpi kamu. Tapi... apa kita bisa jalani hubungan ini jarak jauh?"

Nadia terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. Dia mengambil tangan Ardi dan menggenggamnya erat.

Nadia: "Ardi, aku percaya sama kita. Kalau memang cinta kita kuat, jarak nggak akan jadi masalah. Aku akan pulang, dan kita akan tetap bersama."

Ardi menghela napas panjang, merasa sedikit lega mendengar kepastian dari Nadia. Namun, di dalam hatinya, ia masih menyimpan kekhawatiran. Menjalani hubungan jarak jauh bukan hal yang mudah. Ia tahu, banyak hal yang bisa berubah selama waktu mereka terpisah. Tapi melihat keteguhan di mata Nadia, Ardi bertekad untuk berjuang demi hubungan ini.
Perpisahan yang Berat

Hari keberangkatan Nadia pun tiba. Ardi mengantar Nadia ke bandara, perasaan mereka campur aduk antara sedih dan penuh harapan. Mereka saling berpandangan, mencoba menahan air mata yang hampir jatuh.

Nadia (sambil tersenyum lembut): "Ardi, aku akan selalu bawa kamu di hatiku. Janji ya, kita akan tetap berkomunikasi setiap hari?"

Ardi (mengangguk pelan): "Iya, Nad. Kita bakal sering video call, chat. Jangan khawatir, aku akan selalu ada buat kamu."

Mereka berpelukan erat, seolah tak ingin melepaskan satu sama lain. Meski berat, mereka tahu bahwa ini adalah ujian bagi cinta mereka.

Nadia (dengan mata berkaca-kaca): "Aku sayang kamu, Ardi. Jangan lupa itu."

Ardi: "Aku juga sayang kamu, Nad. Aku tunggu kamu pulang."

Dengan langkah berat, Nadia masuk ke dalam gerbang keberangkatan. Ardi hanya bisa berdiri di sana, melihat sosok yang ia cintai pergi menjauh. Meskipun hatinya sedih, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan setia menunggu Nadia pulang, tidak peduli seberapa lama.
Harapan yang Terjaga

Waktu terus berlalu, dan meskipun terpisah oleh jarak ribuan kilometer, Ardi dan Nadia tetap berkomunikasi setiap hari. Mereka saling menguatkan melalui pesan dan video call, meski rindu kerap kali menghantui. Ardi terus menjalani kehidupannya sebagai driver ojek online, tetapi kini ada sesuatu yang selalu membuatnya tersenyum—kenangan manis bersama Nadia dan harapan akan kebersamaan mereka di masa depan.

Ardi percaya, meskipun perjalanan cinta mereka penuh liku, cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya. Di balik roda-roda motor yang terus berputar, Ardi yakin bahwa suatu hari, Nadia akan kembali ke sisinya, dan cinta mereka akan semakin kuat.

Cinta sejati tak terhalang oleh status, pekerjaan, ataupun jarak. Ketulusan dan kepercayaan adalah kunci dalam menjaga hubungan, bahkan dalam situasi yang paling sulit. Demikian Kumpulan Cerpen Siti Arofah kali ini semoga berkenan di hati.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....