Friday, August 28, 2009

Siapa yang Salah ?

Kumpulan Cerpen Siti Arofah. Langkahku ternyata salah. Kini aku bekerja sebagai buruh tidak tetap atau outsourching di salah satu perusahaan sebagai pengantar dokumen.

Sebelumnya aku adalah karyawan tetap di sebuah perusahaan yang cukup punya nama. Karierku di perusahaan itu tak pernah ada peningkatan. Mungkin hanya ada peningkatan secara masal tahunan dikarenakan adanya perubahan kenaikan UMR. Sepertinya apa yang aku dapat tak sesuai dengan pendidikan yang sudah aku tempuh. Mungkin karierku saat itu setara dengan karyawan tamatan SMA, padahal aku tamatan D3. Beberapa temanku masih mau bertahan dan tetap bekerja, namun tidak dengan diriku. Saat itu hutangku telah menumpuk, gaji yang diterima olehku nyatanya habis untuk membayar hutang. Praktis kami hidup seadanya, bahkan kami pernah makan hanya dengan nasi dan garam saja, sungguh-sungguh menyedihkan ! Yang lebih kasihan lagi adalah istriku, entah apa karena gizi yang kurang atau sisi kejiwaannya menghadapi hidup bersamaku hingga kandungannya gugur beberapa kali.

Jika ditilik ke belakang, mungkin semua ini buah dari semua kesalahan-kesalan kami. Kami terbiasa hidup serba ingin dipenuhi. Apapun yang kami inginkan maunya terpenuhi. Jika tak ada uang, Credit Card-pun beraksi. Apalagi terhadap handphone, jika ada handphone keluaran baru, kami langsung tergoda untuk segera membelinya. Akibatnya, handphone yang lama kami jual dengan harga yang sangat jatuh, padahal baru saja beberapa bulan yang lalu kami membelinya. Keadaan ini semakin parah saat aku berani mengambil pinjaman uang ke Bank. Jadilah, kami hidup tanpa ada uang. Jika ada teman yang berbaik hati meminjamkan uangnya kepada kami, kami bisa makan. Bila tak ada uang, istriku kutitipkan ke orang tuaku.

Bulan demi bulan berlalu, aku masih tetap bertahan, sedang istriku akhirnya memintaku agar aku mencari kerja di tempat yang lain yang lebih menjanjikan. Kupenuhi permintaan istriku. Aku mencoba melamar pekerjaan. Banyak sudah yang ditolak. Yang Terakhir aku diterima, akan tetapi di Semarang. Padahal saat ini kami berada di Tangerang. Istriku mengamini jika kami segera pindah ke Surabaya.

Aku segera meminta ijin pada perusahaan untuk pindah kerja. Prosesnya terbilang cepat, dalam waktu dua minggu ternyata aku sudah dinyatakan bukan karyawan lagi. Selama itu pula aku mengurus rumahku untuk dijual atau di over kredit, sebab rumah itu masih aku cicil tiap bulannya melalui KPR, uang yang kami terima dari hasil penjualan rumah itu kami gunakan untuk membayar beberapa hutang kami. Sesegera itu aku terbang ke Semarang. Malang tak pernah kuduga, ternyata sesampainya di sana, aku ditolak mentah-mentah. Posisi itu sudah diambil alih oleh seseorang. Aku pulang ke karawang dengan jalan tertatih-tatih. Begitu lunglai seluruh tulangku. Selama di perjalanan tak terasa air mata ini menetes satu per satu membasahi pipiku.

Sesampainya di rumah, kulihat wajah istriku. Rasanya aku tak tega membawa kabar buruk ini saat melihat senyumnya yang begitu cantik. Tapi, apa boleh buat, mau tak mau, aku harus memberitahukannya. Istriku langsung jatuh seketika setelah aku bercerita panjang lebar. "Ratih,.....Ratih,...... bangun ", pintaku sambil membopong tubuhnya yang kini tak gempal lagi. Kuletakkan tubuhnya di springbed kamarku, lalu kuoleskan minyak kayu putih di sekitar keningnya, kudekatkan minyak kayu putih ini di hidungnya.
"Mas,........... ?" Ratih mulai terbangun, ia tampak shock sekali. Ia hanya mampu menangis sesenggukan.
"Yang sabar ya Ma !" kupeluk tubuhnya dan ku usap pipinya, tak terasa air mataku jatuh kembali.

Esoknya, aku merasakan sebagai seorang pengangguran. Sangat tidak menyenangkan ! Terutama istriku, tak pernah kulihat senyumnya lagi, ia nampak segan menatapku. Aku tau, ia sangat kecewa dan bahkan mungkin ia terluka. Semua uang yang diterima saat aku keluar dari perusahaan yang lama telah habis untuk melunasi hutang-hutangku yang lalu. Aku mencoba menghubungi beberapa temanku, berharap ada yang mau menolong diriku.

Perjuanganku tidak sia-sia. Setelah sekian lama berkelana, akhirnya kutemukan pekerjaan yang baru. Aku ditolong oleh seorang teman. Meski kini statusku sebagai outsourching. Dengan gaji setengah dari yang pernah aku terima sebelumnya, harusnya aku mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan kepadaku ini.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....