Wednesday, September 30, 2009

Asyik Browsing Internet

Asyik Browsing Internet
Kumpulan Cerpen Siti Arofah. Pagi ini, kepalaku serasa ingin pecah, sakit sekali rasanya. Kupaksakan berangkat kerja, karena kebetulan temanku tak masuk hari ini, tak ada rekan pengganti lagi selain diriku. Mau tak mau aku harus masuk kerja.

Kusesali diriku saat semalam tak tidur lebih dini. Aku malah asyik berkutat dengan CPU usang milikku, membenahi tulisan-tulisanku di internet atau sekedar browsing mencari kesenangan-kesenangan tertentu yang membuat rinduku sedikit terobati. Aku dan suamiku memang terbiasa browsing setelah anak-anak telah terlelap dalam dunia mimpi. Rupanya malam itu aku tegah dilanda mabuk online di dunia maya, hingga tanpa kusadari aku lupa melihat jam. Tau-tau jam sudah menunjuk di angka sebelas. Padahal saat jam 9 malam, biasanya aku sudah tertidur bersama anak-anakku.

Jam 4 pagi, alarm handphoneku berdering, suamiku membangunkan aku yang mecoba menutup mata kembali saat mendengar alarm itu, "Ma, bangun, katanya mau puasa syawal ?". Dengan terburu-buru, aku menyiapkan makan sahur buat aku dan suamiku. Daging bumbu sate yang tinggal ku goreng dan sayur sop brokoli yang hanya butuh beberapa menit kupanaskan. Karena mengejar waktu, kami makan sesegera mungkin. Alhamdulillah, semua rampung lima belas menit sebelum adzan shubuh berkumandang. Suamiku bisa bersiap-siap menuju ke masjid untuk sholat berjama'ah.

Sholat shubuh telah usai kukerjakan, tiba-tiba saja aku tergelitik untuk menghidupkan CPUku lagi. Belum puas rasanya semalam aku browsing. Aku ingin berlama-lama lagi di dunia maya itu. Tapi kurasakan air mataku merembes membasahi seluruh mataku. Untuk berkedip saja sakit rasanya. Rasa kantuk ini tak mau menuruti keinginanku. Akhirnya Aku mengalah dari rasa kantuk ini. Kurebahkan diriku di samping tubuh suamiku. Aku tertidur pulas.

Tapi jam enam pagi, aku harus menyiapkan anak sulungku berangkat ke sekolah. Meski dengan berjalan tergopoh-gopoh, aku bertahan. Kukumpulkan seluruh tenagaku. Setelah kumandikan Si sulung dan menyiapkan makan pagi dan siangnya, Aku tertidur kembali. Hingga tiba-tiba suamiku membangunkan aku untuk bersiap-siap berangkat kerja.

Di kantor, aku benar-benar sangat mengantuk. Rasanya mataku sulit untuk kubuka. Untungnya, bossku absen hari ini. Kalau tidak, aku pasti kena marah olehnya. Aku berhasil menahan kantuk hingga jam 12 siang saat istirahat tiba. Kala itu, kepalaku benar-benar sudah tak kuat lagi, seperti ingin pecah. Ingin sekali membenturkan kepala ini ke dinding, tapi pasti tak mungkin kulakukan. Untungnya OB kantorku yang perempuan, ia melihat wajahku yang tampak pucat seperti tak seperti biasanya. Setelah ia kuberitahu apa yang aku derita, dia langsung menawarkan aku untuk dipijitnya. Kuucap kata-kata hamdallah berulang kali, ada rizki dari Mu ya Allah, lewat tangan OB kantorku ini.

Punggungku dikeroknya, Merah sekali katanya. Sepertinya aku masuk angin. Setelah punggungku dikerok, OB itu memijit punggung dan kepalaku. Enak sekali pijitannya, kerasa banget bagiku. Hingga pusing itu hilang meski untuk sementara waktu. Setelah sholat dzuhur, aku kembali beraktifitas, membuat report yang sengaja tertunda karena rasa sakitku ini. Seharusnya aku beristirahat, tapi otakku berjalan terus untuk menyelesaikan report yang harus kutuntaskan hari ini. Sakit kepalaku kembali menari-nari. Tapi aku bertahan untuk mengerjakan sholat ashar. Jam empat sore adalah waktu yang tengah ku tunggu-tunggu, akhir dari aktifitas kerja. Aku berjalan menuju tempat parkir dengan langkah tertatih-tatih. Ada teman yang mencoba untuk membantu, namun kuabaikan.

Hingga saat suamiku datang menjemput aku, aku benar-benar sudah tak kuat lagi. Tenagaku rasanya telah terkuras, seperti seseorang yang tinggal jasadnya saja. Tubuhku seakan melayang, tubuhku bergetar hebat. Untuk berbicara sepatah katapun sangat sulit, kata-kataku lirih nyaris tak terdengar. Seperti ingin pingsan saja. "Ma, sabar ya. Pegangan yang kuat" suamiku mencoba menyupport aku, ia takut aku terjatuh jika pelukanku lemah.

Sesampainya di rumah, kujatuhkan tubuh ini di kasur. Aku sudah tidak kuat lagi. Aku minta untuk diantar ke rumah sakit. "Ma,...tahan dulu yaa... Ini teh hangat, batalkan saja puasa kamu, nanti kalau memang ini belum berhasil, baru kita ke rumah sakit" suamiku menenangkanku. Akhirnya batal juga puasaku, padahal sudah jam lima sore, itu artinya satu jam lagi saat berbuka tiba. Tapi nyatanya aku sudah tak kuat lagi. Melihat televisi saja, aku tak kuat. Setelah kureguk teh manis hangat buatan suamiku, kondisiku berangsur-angsur pulih, tapi belum sepenuhnya pulih. Saat makan malam bersama, aku tak mampu melahap sesendokpun makanan yang sudah berada di piringku. Enggan sekali rasanya meski lauknya menawan hati, bawal bakar yang kubeli di rumah makan padang. Aku hanya mampu meminum obat tifus dan vitamin C yang aman bagi lambung. Jam sembilan malam, tubuhku semakin membaik. Kucoba meminum sereal instant. Menjelang tidur, kutangisi batalnya puasaku hari ini.

2 comments:

  1. heheh ..kacian deh lo ... makanya minum jamu tolak angin . manjur tuh top banget deh.. tapi sayang aku ngga jualan . hehe.

    ReplyDelete

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....