Thursday, October 1, 2009

Aku Telah Jatuh Cinta Untuk yang Kedua Kalinya

Aku Telah Jatuh Cinta Untuk yang Kedua KalinyaKumpulan Cerpen Siti Arofah. Rumput tetangga akan kelihatan nampak lebih hijau dibanding rumput sendiri. Beginilah kiasan yang pernah kudengar. Harusnya kubuang jauh-jauh pemikiran seperti ini. Namun tidak pada diriku yang terjadi sekarang ini. Aku benar-benar telah jatuh cinta lagi. Dan begitu jelinya aku, hingga istriku sama sekali tak mengetahui perselingkuhanku ini. Jujur, aku menyadari, aku telah menghianati cinta istriku yang begitu setia menjalani hidup bersamaku selama ini. Tapi, cinta itu aneh, ia tumbuh bergelora di cawan hatiku tanpa memperdulikan hati siapapun.

Kejadian ini terjadi kira-kira dua tahun belakangan ini. Entahlah, padahal antara aku dan dia telah sama-sama memiliki pasangan yang syah. Dan hebatnya lagi, masing-masing pasangan kami adalah orang yang baik, sabar dan tergolong setia menjalani biduk rumah tangga. Adalah hal yang bodoh, bila kami meninggalkan istriku. Syetan mana yang telah merasuk dalam jiwaku dan Riri, tetanggaku itu, hingga kami benar-benar saling berhati ganda.

Mungkin karena kondisi rumah kami yang tinggal di gang senggol yang sempit yang hanya mampu dilalui oleh kendaraan bermotor beroda dua inilah, kami secara tak sengaja beradu tatapan. Waktu itu, tatapan Riri tampak berbeda sekali dari biasanya, ia seperti sedang menggoda diriku. Entahlah, atau mungkin kala itu ada syetan laknat yang telah merasuki segala pikiran-pikiran kotorku hingga Riri tampak begitu cantik dan mempesona di depan bola mataku ini.

Pertama, kedua dan ketiga mungkin masih seperti hal yang wajar dalam benak selubung hatiku. Namun Riri semakin intens. Aku jadi tak kuat juga menahan gundah gulana di hati ini. Hatiku seperti merongrong aku untuk terbang mengikuti kemauannya, membalas Riri Si Penggoda itu. Kucing mana yang menolak jika di depannya terlihat sebuah ikan yang siap disantap ?

Akhirnya, kami diberi kesempatan untuk berdua tanpa ada seorangpun yang menemani kami. Aku mengungkapkan segala isi hatiku padanya. Bagai suara kicau burung yang saling bersautan, meski seperti tampak malu-malu, Riri menunduk untuk sementara waktu. Senyumnya yang khas menawan hatiku seolah pertanda hatinya juga sama seperti diriku. Tiba-tiba saja tetanggaku datang, hingga membuyarkan antara aku dan Riri. Untungnya, tetanggaku sama sekali tak mengira apa-apa tentang kami.

Ah,.... bodohnya aku mengapa bisa berhati dua dan menghianati istriku yang suci itu.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....