Friday, October 9, 2009

Hikmah di Balik Gempa

Hikmah di Balik Gempa
Kumpulan Cerpen Siti Arofah . Masih ingat Ketika Gempa terjadi di Tasikmalaya ? Mungkin menyisakan banyak cerita di sebagian orang saat kejadian itu menimpa, khususnya yang berada di pulau Jawa. Ada yang menangis, karena takut tsunami terjadi. Ada yang berteriak histeris, bingung, tak tahu harus berbuat apa. Ada yang berlari berharap bisa keluar dari rumah. Ada yang saling berebut jalan di lorong-lorong tangga darurat.

Ada pula yang terjebak di dalam lift yang tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan, pasrah akan ketentuan Sang Illahi sambil menangisi apa yang tengah terjadi pada dirinya.

Aku pribadi juga seperti manusia-manusia lainnya. AKu yang bekerja di sebuah pabrik yang memproduksi barang-barang berukuran setinggi rumah, terbiasa jika setiap hari berteman dengan aneka getaran-getaran. Entah itu getarannya besar ataupun dalam skala kecil, semua itu karena mesin yang sedang jalan atau hasil produksi yang jatuh ketika hendak diangkut menuju ke suatu tempat. Tapi kala Gempa terjadi, Aku yang sedang bergumul dengan angka-angka di depan sebuah layar komputer, tiba-tiba saja terpaku sejenak, menunggu nunggu suara roll besar yang jatuh. Namun nyatanya suara itu tak datang juga. Hingga getaran itu berubah menjadi sebuah goyangan besar berkali-kali. Aku sempat berteriak, lalu bertakbir beberapa kali-kali. Seketika itu teman-teman berhamburan hendak keluar gedung dimana kami berada. Aku yang sedianya bekerja di lantai 2, mengikuti rangkaian teman-teman lainnya yang menuju ke arah tangga. Belum sempat aku menuruni tangga, getaran itu habis. Antara menuruti kemauanku untuk turun ke bawah atau tidak, aku benar-benar bingung saat itu. Getaran yang terjadi kala itu cukup hebat kurasakan untuk kali pertama ini membuat aku sedikit sakit kepala. Karena teman-teman banyak yang kembali lagi ke ruang kerjanya, juga demikian dengan aku.

Setibanya di meja kerja, kutelpon suamiku. Alhamdulillah, suamiku terhindar dari bahaya. Lantas kutelpon ke rumah, untuk mengetahui keadaan anak-anak di rumah. Mungkin Tuhan telah memberi cobaan Nya kepadaku untuk lebih bersabar dan bertawakkal. Buktinya sudah beberapa kali aku mencoba menelpon ke rumah, tetapi selalu dan selalu jawabannya tulalit. Benar-benar hatiku bagai terombang ambing tak menentu arah, saat itu pikiranku hanya satu, "bagaimana nasib anak-anakku di rumah ?" Akan sangat berdosanya aku yang tega meninggalkan mereka di saat-saat seperti ini. Yang aku syukuri kejadian ini, mendekati waktu pulang kerja. Sehingga waktuku untuk berperang melawan gundah gulana di hati tidak berselang lama. Beberapa rekan kerjaku juga sama, dia juga mengeluhkan perihal yang sama, tidak bisa contact ke rumah. Mungkin hanya berpasrah diri yang mampu terucap dalam lidah-lidah kami saat itu, hanya kepada Sang Illah lah kami semua tertuju.

Setibanya di rumah, kupeluk tubuh anak-anakku satu persatu. Alhamdulillah, Allah telah menjaga anak-anakku. Pun begitu juga dengan suamiku. Kami semua saling berpegangan seolah merayakan kebahagiaan kami yang tiada tara. Ya, gempa kali ini terasa begitu dasyat bagi kami, meski gempa ini tak seberapa dibanding dengan gempa di Padang yang baru saja terjadi.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....