Tuesday, March 23, 2010

Karawang Banjir

Karawang Banjir
Kumpulan Cerpen Siti Arofah. "Banjiiiiiiiiiir." teriak orang di sana sini. Orang-orang hilir mudik kesana kemari tak menentu mencari tempat yang lebih aman. Ada yang membawa televisi, ada juga yang membawa kasur atau spring bed, ada juga yang membawa buntalan pakaian. Sungai citarum meluap, menumpahkan segala isinya merata ke segala penjuru manapun sesukanya tanpa peduli dimana ia akan mengalir. Baru kali ini, Karawang merata terkena banjir. Sebuah pemandangan yang sangat begitu mengerikan sekaligus mencengangkan. Karawang sudah seperti lautan yang tepinya sulit terjangkau oleh sejauh mata memandang.
Bulu roma bergidik begitu melihat hamparan rumah penduduk berubah dalam sekejap hanya dalam hitungan menit menjadi lautan. Berharap-harap cemas dimana rumah tinggal yang kami huni tak ikut terkena amarah dari luapan sungai Citarum. Mobil-mobil berjajar rapi diparkir di sisi jalan yang berjarak kira-kira sepuluh meter dari banjir. Di sisi lain bengkel motor tengah meraup laba yang sangat menggembirakan karena banyak motor yang mogok yang dipaksa untuk jalan di tempat banjir.

Sebelumnya aku sempat bertanya-tanya, mengapa sungai yang mengalir dari waduk jatiluhur menuju kalimalang surut. Sungai yang awalnya cukup tinggi namun tak sampai meluap itu, kini surut hingga anak-anak kecil berani bermain di dalamnya. Bapak-bapak sibuk melepaskan jalanya di sungai itu. Sungai itu kini hanya setinggi 30 cm dari permukaannya. Sungguh suatu pemandangan yang tidak seperti biasanya. Orang-orang yang tinggal beberapa meter disekitar bantaran sungai ini banyak yang mengeluh, karena mereka hidup dari irigasi yang mengalir dari sungai ini. Namun karena sungai ini menyusut, praktis mereka dilanda krisis air.

Di sisi lain, sebuah perumahan yang lebih dahulu terkena imbas dari penyusutan sungai ini adalah Perumahan Bintang Alam. Perumahan itu kini sudah menjadi lautan, tak ada satupun atap rumah yang tampak tersembul, semuanya rata tergulung air coklat bercampur tanah lumpur. Setelah Perumahan Bintang Alam, barulah Perumahan Karaba ikut menjadi korban dari keganasan luapan sungai Citarum ini. Yang menjadi di luar pemikiran kita selama ini, perumahan Galuh Mas juga ikut menjadi korban. Tak disangka-sangka Perumahan yang terkenal Elit dan mahal itu menjadi korban juga. Sedangkan perumahan Bumi Teluk Jambe yang letaknya bersebelahan dengan perumahan Galuh Mas hanya terkena setengahnya saja. Rata-rata hampir semua perumahan di karawang terkena banjir semua.

Belakangan baru kuketahui Jika ternyata Jakarta enggan menadah air dari aliran jatiluhur, cukup dari tumpahan air bogor saja. Karena jika Jakarta dialiri oleh air dari jatiluhur dan air dari bogor, maka banjirpun tak terhankan lagi terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya dahulu. Entahlah, isu ini benar atau tidak, nyatanya kulihat sendiri sungai yang menuju kalimalang surut, sedang sungai Citarum yang menghulu ke laut Karawang utara meluap hingga akhirnya seluruh Karawang mengalami banjir.

Anehnya selama banjir ini, kapasitas hujan yang terjadi tidak begitu besar dan jarang terjadi. Jadi banjir ini dikarenakan limpahan air sungai Citarum yang begitu besar. Karena Bandung dan purwakarta katanya hujan yang lebat secara terus menerus tiada diberi jeda waktu.

Tak sadar air mata ini meleleh, satu demi satu jatuh membasahi pipi. Karawang kini seperti sudah tak jelas lagi rimbanya. Semuanya hanya mengharap menyelamatkan nyawa. Sedang materi ? kami hanya bisa pasrah, semuanya sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Entahlah, banjir ini akan menelan waktu sampai kapan ? Yang jelas air Citarum setiap jam selalu naik, tak ada tanda-tanda menyusut sedikitpun.

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk sobat-sobat yang mau berbagi sharing disini ....