Menangisi Sebuah Cinta
Kali ini aku tak mampu lagi membedakan antara rasa benci dan cinta. Seolah keduanya hanya dibatasi oleh sehelai benang yang sangat tipis sekali. Terkadang rasa cinta dan sayang itu hadir menyelimuti diri mengenang masa-masa indah dulu yang pernah kami reguk bersama. Namun tiba-tiba saja rasa cinta ini berubah menjadi benci seketika kala teringat betapa sakitnya aku diperlakukan olehnya seperti ini. Luka batin lebih menyisakan bekas yang akan sulit untuk hilang, akan butuh waktu yang lama untuk bisa memaafkan sebuah kesalahan dari pasangan kita. Dengan Irwan lah dulu ia yang selalu aku bangga-banggakan di depan keluargaku. Tubuhnya tegap dengan postur tubuh yang lumayan tinggi seperti atlet. Jika berjalan tampak bahu-bahunya sejajar karena latihan aerobik yang telah dijalaninya beberapa tahun belakangan ini. Senyumnya begitu menggoda, tak heran jika ABG pun doyan menggodanya. Ah, jika saja aku wanita bertype pencemburu, mungkin sudah ribuan kali aku harus marah padanya lantaran beg...